Minggu, 09 Januari 2011

Behavior setting dalam Arsitektur

Menerapkan konsep "territoriality" dalam perancangan interior ruang akan membantu menjadikan ruangan tersebut sebagai sebuah "behavior setting" bagi penggunanya. Bagi mahasiswa peserta kuliah Arsitektur Perilaku 1 di S2 Arsitektur ITS, tolong berikan diskusi yang diperkuat oleh teori dan kasus di lapangan terkait pernyataan tersebut.

Sri Amiranti
Pengampu MK Arsitektur Perilaku 1
S2 Arsitektur ITS

1 komentar:

  1. Grace Mulyono:
    territorial sebagai perilaku yang meilbatkan kontrol khusus terhadap ruang oleh individu atau kelompok manusia yg bersifat intraspesifik, melibatkan agresi dan memberi hak2 kepada individu terhadap ruang yg bersangkutan dapat menciptakan suatu behaviour setting.
    Behaviour setting disini yang dimaksud (unit analisis dan perancangan lingkungan, Lang, 1987):
    • Merupakan ruang-ruang yang dikenali oleh penggunanya sebagai sesuatu yang sesuai untuk jenis aktivitas tertentu.
    • Konsep ini sama dengan konsep activity space yang diperkenalkan oleh David Haviland(1967) sebagai suatu unit diskret dari hubungan perilaku dan lingkungan untuk desain arsitektural.
    • Behav setting merupakan kombinasi stabil aktivitas dan tempat yang terdiri dari:
    1. Suatu aktivitas berulang pola perilaku tetap
    2. Suatu lay out ling tertentu
    3. Suatu hub harmonis antar perliaku dg lingkungan
    4. Suatu periode tertentu
    Hal ini berarti setting fisik yg sama mungkin saja menjadi bagian lebih dari satu behaviour setting bila pola perilaku tetap langsung di dalamnya pd waktu yg berbeda.
    Bila kita melihat teori behavioral sub system dapat diketahui bahwa perilaku yang muncul dominan sebenarnya dipengaruhi oleh apa yang ada di dalam diri manusia itu sendiri. Jadi pada teori behavioral sub system, perilaku pengguna pada subsistem tertentu sangat berbeda karena pada kondisi-kondisi tertentu tersebut akan muncul kebutuhan dan keinginan yang berbeda yang mendorong munculnya perilaku covert dan overt yang berbeda pula. Dengan menjaga atau mempertahankan kondisi fisik fisiologis yg diperlukan untuk keberlanjutan perilaku pengguna (perilaku overt) serta mendukung kondisi psikologis melalui penggunaan simbol (perilaku covert) konsep territorial untuk meciptakan suatu behaviour setting.
    Dalam kasus perancangan interior ,kebutuhan dan keinginan individu (yang tercipta melalui perilaku covert dan overt ) dihadirkan lewat konsep territoriality dan hal tersebut berdampak langsung terhadap terciptanya behviour setting yang terbentuk melalui pola aktivitas berulang, hubungan yang harmonis antara manusia dan lingkungan yang terjadi pada periode tertentu.
    Salah satu contoh sederhana adalah desain ruang tamu sebagai ruang publik pada bangunan rumah tinggal yang diletakkan di bagian depan sebuah rumah sebagai desain yang dapat mempermudah kontrol dan batasan yang ditetapkan penghuni untuk membatasi masuknya ‘orang luar’ ke area yang lebih privat di dalam rumah. Batasan pada desain ruang tamu sebagai area publik biasanya ditunjang pula oleh adanya area transisi dari ruang publik ke ruang privat/semi privat baik melalui jarak, maupun penggunaan desain dan material yang berbeda untuk menunjukkan batasan kontrol ruang. Dari pola ini terbentuk sutau pola behviour setting dimana area ruang tamu dalam suatu rumah tinggal (khususnya bangunan huni modern) umunya terletak di bagian depan rumah atau bagian terdekat dengan area main entrance bangunan. Namun prinsip ini juga sangat tergantung kepada latar belakang , budaya dan tingkat sosial ekonomi pengguna. Pada pola budaya hidup modern, konsep territorial semacam ini menciptakan behaviour setting yang jelas pada desain rumah tinggal pada umunya.

    BalasHapus